Penanganan
dan Pencegahan Demam Berdarah
Demam berdarah atau demam dengue
(disingkat DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Nyamuk atau
beberapa jenis nyamuk menularkan (atau menyebarkan) virus dengue. Demam dengue
juga disebut sebagai "breakbone fever" atau "bonebreak
fever" (demam sendi), karena demam tersebut dapat menyebabkan penderitanya
mengalami nyeri hebat seakan-akan tulang mereka patah. Sejumlah gejala dari
demam dengue adalah demam; sakit kepala; kulit kemerahan yang tampak seperti
campak; dan nyeri otot dan persendian.
Musim hujan menjadi saat endemi bagi
berbagai macam penyakit. Satu di antaranya adalah demam berdarah dengue (DBD).
Penyakit ini diakibatkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti. Selama Januari
2015, sebanyak 3.163 kasus ditemukan di Provinsi Jawa Timur.
Jumlah korban jiwa mencapai 53
orang. Ini harus menjadi perhatian dan kewaspadaan bagi setiap orang. Khususnya
dalam hal menjaga kebersihan lingkungan agar terhindar dari penyebaran nyamuk
aedes aegypti.
Menurut dr Lili Soetjipto, dokter umum
Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan, Surabaya, Jawa Timur, demam berdarah dapat
dihindari dengan cara menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan 3M (menutup,
mengubur, menimbun). Jika hal itu dilakukan, lingkungan tidak menjadi sarang
nyamuk.
“Nyamuk aedes aegypti itu hanya mau
bertelur di genangan atau air yang bersih. Nyamuk tidak mau berada di air
kotor, seperti, selokan, got atau sungai. Jadi, kita harus menjaga lingkungan
dari adanya genangan atau air yang tertampung di barang bekas yang bersih.
Inilah perlunya menggalakkan kebersihan lingkungan dan 3M.
Nyamuk aedes aegypti menjadi penular
dan pembawa virus infeksi yang menyebabkan demam dan gejala-gejala demam berdarah.
Nyamuk ini hanya menggigit pada pagi dan siang hari.
“Orang yang pasif atau tidak banyak
aktivitas pada pagi dan siang hari lebih beresiko terhadap gigitannya,”
imbuhnya.
Gejala demam berdarah antara lain
demam yang mirip gejala influenza, batuk, dan pilek. Kemudian, gejala lainnya
ikut muncul. Seperti, badan sakit semua, mengalami gangguan pencernaan, dan
panas tinggi.
Dalam dua atau tiga hari, demam
tersebut turun. Namun, beberapa hari kemudian akan naik lagi. “Itu yang
dimaksudkan dengan siklus demam pelana kuda. Jadi, demamnya tinggi kemudian
turun dan demamnya naik lagi. Oleh karena itu, kami selalu mengimbau pasien
untuk lebih tanggap keadaan. Jika dalam tiga hari demam tidak turun, kami minta
mereka untuk melakukan cek darah ke laboratorium. Tujuannya memastikan
terserang demam berdarah atau tidak,” tutur Lili.
Biasanya setelah tiga hari demam
turun mereka menganggap bahwa mereka mulai sembuh. Tapi, pada penderita demam
berdarah, penurunan suhu tubuh tersebut bukan karena sembuh, melainkan karena
turunnya trombosit.
Sehingga, terkadang mereka
menyepelehkannya. Namun, beberapa hari kemudian naik lagi dan mereka baru
periksa.
“Hal itu kadang yang membuat pasien
datang dalam kondisi yang sudah parah. Apalagi, jika kondisi tubuh mereka juga
lemah. Hal itu berbahaya dan bisa menyebabkan kematian,” terangnya.
Lili menjelaskan adanya tiga fase
dalam demam berdarah. Yang pertama adalah dengue fever. Fase ini ditandai
dengan demam disertai trombosit yang turun. Namun, kadar trombositnya masih di
atas 100.
Pengobatan biasanya hanya dilakukan
melalui perawatan jalan atau dengan pengobatan simptomatis sesuai keluhan saja.
Tapi, jika kondisi fisiknya lemah, pasien tetap harus menjalani opname.
Fase yang kedua adalah dengue
hemorhargic fever. Fase ini ditandai dengan demam dan penurunan trombosit
disertai pendarahan. Seperti, mimisan, berak darah, dan timbulnya bintik-bintik
merah.
“Dalam kondisi ini, pasien harus
mendapatkan penanganan yang serius. Sebab, trombosit yang turun sudah di bawah
100. Sehingga, itu menimbulkan pendarahan tersebut,” jelasnya.
Yang ketiga adalah fase dengue shock
syndrome yang ditandai dengan demam, penurunan trombosit, pendarahan, timbulnya
bintik-bintik merah, hingga terjadi shock yang mengakibatkan tekanan darah dan
denyut nadi menurun. Ini adalah fase paling kritis dalam demam berdarah.
Dalam kondisi ini, pasien
membutuhkan transfusi trombosit untuk menstabilkan kondisinya. “Biasanya
kematian pada penderita demam berdarah terjadi ketika mereka sudah mengalami
pendarahan dan shock ini. Jadi, sebaiknya jika ada keluhan demam, sedini mungkin
berobat dan memantau siklusnya,” terangnya.
Pada anak-anak, demam berdarah harus
lebih diwaspasdai dan membutuhkan penanganan ekstra. Hal ini diakibatkan oleh
kondisi fisik dan imun anak yang tidak sekuat orang dewasa.
“Jadi, kita harus betul-betul waspada
saat musim seperti ini. Caranya menjaga kebersihan dan kesehatan dengan
mengonsumsi makanan sehat dan cukup istirahat. Itu diperlukan untuk mencegah
dari serangan penyakit.
Belum ada tanggapan untuk "Penanganan dan Pencegahan Demam Berdarah"
Posting Komentar